Ekspedisi Kiaracondong

Senin 8 Agustus 2016 kelompokku pergi untuk ekspedisi ke Kiaracondong. Kami sudah berkumpul pada waktu 07:20. Awalnya kami diminta untuk menyerahkan alat elektronik dan uang yang kita bawa, lalu mengecek perlengkapan pribadi yang kemarin sudah dicatat. Ekspedisi ini berupa latihan bagi kami untuk perjalanan besar ke Jawa. Setelah diberi tahu banyak instruksi, kakak memberi list tugas-tugas yang perlu dikerjakan. Dan tiap meeting point akan diberi tugas lain.

Tugas 
- pengindraan tempat (mengamati tempat dengan indra kita agar lebih detail untuk menceritakan ulang)
- laporan waktu kegiatan & keuangan
- Apa saja yang perlu disiapkan untuk membuat artikel yang ok tentang kebudayaan Jawa di Bandung
- cari jalan menuju pintu selatan
- buat daftar pertanyaan berhubung dengan stasiun dan Jawa

Lalu setelah kami mengerjakan sebagiannya, kami berangkat ke pintu selatan dengan cara jalan memutarkan stasiun hingga sampai di belakangnya. setelah sampai di sana kami menggunakan pertanyaan yang tadi kami buat untuk info. Diantaranya adalah pertanyaan mengapa pintu utara dan selatan dipisah. Jawabannya yaitu karena utara mengutamakan keluar Jawa Barat sedangkan di pintu selatan hanya yang ke padalarang, cimahi, kiaracondong.

Setelah menyelesaikan banyak tugas di stasiun Bandung kami pun berangkat. Kami menaiki jalur kereta Padalarang-Cicalengka yang melewati Bandung dan Kiaracondong. Setelah itu kami menaiki kereta api dengan mengerjakan tugas yang belum selesai. Di kereta sangat ramai, ada bau keringat, bau makanan jualan, dan sangat keras suara keretanya. Sampailah kita di stasiun Kiaracondong yang sepi pada saat itu. Kami langsung berkumpul dan diberi tugas lagi yaitu mencari info tentang kecamatan & kelurahan, lalu pergi ke Gereja Kristen Jawa (GKJ). Setelah dapat info tentang kecamatan & kelurahan kami pergi ke GKJ, dan awal masuk langsung bertemu pendetanya. Lalu kami mengobrol di satu ruangan.

Maksud kami datang yaitu untuk mengenal kebudayaan Jawa. Karena yang mengelola dan mendirikan tempat itu adalah orang jawa sendiri. Gereja itu bangunannya terpisah-pisah, banyak foto yang ada di figura, banyak buku, dan wangi buku yang sudah didiamkan lama. Setelah itu kami lanjut mengobrol dan banyak bertanya dengan pertanyaan yang sudah dibuat sebelumnya. Kami bersama Bapak Yohan Purwanto, ia bercerita bahwa masih memakai bahasa jawa untuk kebaktian, dan dulu tempat kebaktiannya pernah berpindah-pindah karena belum ada tempat.
Jadi awal berdirinya GKJ itu dikarenakan lapak kerja di Bandung lebih banyak sehingga orang jawa lain banyak ke Bandung dan muncul lah inisiatif seorang pendeta Kasdo Tjokrosiswondo untuk mendirikan GKJ tahun 1925, karena awalnya hanya ada GKP (Gereja Kristen Pasundan). Dan tempat ini diresmikan oleh Walikota Bandung pada 17 Juni 1983. Selain itu kami bertanya-tanya juga tentang Jawa untuk persiapan perjalanan besar.

Setelah dari GKJ kami ke pasar untuk mencari 2 profil penjual sesajen seperti budaya Jawa, kurang lebih 11:45 saat itu. Setelah beres dari pasar, kami istirahat dulu di Masjid Baiturahman, ada yang sholat, makan, nyemil. Setelah itu berangkat mampir ke tempat yang dulu dipakai kenaktian oleh GKJ. Yaitu TK Yayasan Beribu, disana sepi, banyak mainan anak-anak. Setelah itu kami menuju arah ke Stasiun Kiaracondong untuk pulang, dan kami berangkat dari Kiaracondong pukul 13:47 dan sampai stasiun Bandung kurang lebih jam 14:16. Lalu kami langsung naik ke atap terminal yang dijadikan taman untuk belajar.

Rooftop
Jadi aku akan bercerita tentang tempat ini, tempat ini awalnya saluran pembuangan air tetapi karena gunung galunggung meletus, saluran tersumbat dan bila hujan air turun ke bawah. Muncul lah ide Pak Ana Sumarna untuk membuat taman yang dikelilingi tanaman, sofa yang robek, dan kolam-kolam yang awalnya tempat air menggenang. Selain itu kami mengobrol dengan Pak Ana, aku menanyakan darimana ide ini terpikir. Jawabannya, "Saya berpikir saja banyak anak yang tidak meneruskan sekolah sesudah SMP karena tidak ada biaya, jadi saya membuat tempat belajar. Ada pelajaran bahasa inggris, indonesia, dan dipakai tempat nyantai juga."

Setelah kami beres dari rooftop, kami menuju pintu utara lagi untuk mengambil barang dan dijemput disana. Begitulah ekspedisi kami kali ini.






Comments

  1. Fathan, cara penceritaanmu menarik. Kamu juga sudah menggunakan sebagian data yang diperoleh, antara lain hasil wawancara dengan Pendeta Yohan. Tapi baru sebagaian data penginderaan yang kamu pakai untuk membangun suasana bagi para pembaca. Masih banyak "typo" nih, betulkan yak

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular Posts